i2n

Sabtu, 17 Desember 2011

Mengemis Kasih

bermain lumpur memang terasa mengasikkan

lupa waktu
tak terasa senja mulai tiba
tak ingin mandi
karena harus menimba

dan ketika hendak beranjak dari kubangan
lumpur menjadi hidup
tangan-tangannya memegang erat agar tak terlepas

cukup lama tertahan dalam kubangan
keyakinan untuk bangkit mulai rapuh

adakah yang dapat menolong...
menarik keluar dari cengkraman lumpur kotor
membawa ke pemandian
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel
adakah...?!

Sabtu, 29 Oktober 2011

RPP saat PPL



foto oleh Oby


Tak terasa hampir 4 bulan sudah PPL (Program Pengalaman Lapangan) dijalankan di SMP N 36 Pekanbaru. Suka dan duka menjadi seorang guru sementara sudah dirasakan. Dan tentu saja banyak pengalaman yang didapatkan, mulai dari mengatur situasi kelas, membuat perangkat sekolah, dan yang paling rutin dilakukan adalah membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Dalam postingan ini saya tidak akan menceritakan panjang lebar tentang mengenai rutinitas PPL saya di Sekolah. Di sini saya hanya akan memberikan hasil kerja saya berupa RPP yang saya buat guna mendukung pembelajaran di kelas.

Dan inilah dia hasilnya. Silahkan di download dan dilihat.
Semoga membantu...


RPP Pertama

RPP Kedua

RPP Ketiga

RPP Keempat

RPP Kelima

RPP Keenam

RPP Ketujuh

RPP Kedelapan

RPP Kesembilan

RPP Kesembilan ini juga sekaligus sebagai perangkat untuk ujian PPL.

Minggu, 03 April 2011

Polaroid

بسم الله الرحمن الرحيم

Ini tutorial yang pertama...
ga usah basa-basi lagi deh, langsung aja ya...?!

photo yang saya gunakan adalah photo kponakan saya



Langkah 1


Buka file image…
Seperti biasa file image yang baru kita buka di photoshop hanya memiliki satu layer background.
Duplikat layer dengan menekan CTRL + J …
Ok, sekarang kita sudah memiliki 2 buah layer yaitu layer Background dan layer 1.



Langkah 2

Langkah selanjutnya adalah menambahkan layer kosong baru diantara layer background dan layer Caranya klik create a new layer di bagian bawah palet layer.


Lalu drag layer tersebut dibawah layer 1.



Langkah 3

Langkah selanjutnya adalah kita akan menggunakan warna hitam sebagai latar belakang layer 2, jadi mari kita me-reset warna latar depan dan latar belakang dengan menekan D di keyboard.


Selnjutnya kita akan merubah layer 2 menjadi hitam tekan Alt + Backspace pada keyboard. Ingat… layer 2 harus aktif.


Nah… layer 2 sudah hitam


Langkah 4

Dengan layer 2 yang masih aktif, kita akan membuat layer baru lagi. Klik create a new layer dibagian bawah palet layer


Layer kosong yang baru telah ditambahkan antara layer 1 dan layer 2.



Langkah 5

Selanjutnya pilih Rectangular Marquee Tool baik dari palet Tools atau dengan menekan M pada keyboard.


Dengan menggunakan Rectanguler pilihan di dalam gambar yang akan menjadi bagian dalam Polaroid pertama (bagian yang berisi foto).



Langkah 6

Pastikan layer 3 aktif dalam palet Layers, dan kemudian tekan Alt + Backspace pada keyboard untuk mengisi seleksi dengan warna foreground, yang diatur ke hitam.



Langkah 7

Sekarang kita akan membuat clipping mask, klik pada Layer 1 untuk mengaktifkannya di palet Layers. Lalu pergi ke menu Layer di bagian atas layar dan pilih Create Clipping Mask. Kita juga dapat menggunakan cara pintas ketik Ctrl + Alt + G pada keyboard.


Dan jika kita lihat pada palet layer, maka layer 1 akan lebih menjorok ke kanan dengan panah kecil menunjuk ke bawah di sebelah kiri.




Langkah 8

Selanjutnya kita akan membuat layer 4 diantara layer 2 dan layer 3. Caranya aktifkan layer 2/klik layer 2. Lalu klik create a new layer dibagian bawah palet layer.


Dan layer kosong, layer 4 telah ditambahkan diantara layer 2 dan layer 3.




Langkah 9

Dengan Rectangular Marquee Tool masih dipilih, tarik pilihan lain persegi panjang, kali ini bagian luar seleksi awal, yang akan menjadi perbatasan putih dari Polaroid.



Langkah 10

Dengan Layer 4 yang masih aktif, kemudian tekan Ctrl + Backspace pada keyboard. Setelah berwarna putih tekan Ctrl + D.
Sekarang kita memiliki Polaroid pertama pada gambar.



Langkah 11

Dengan Polaroid pertama, kita akan menggunakannya dengan mudah untuk membuat polaroid selanjutnya sebanyak yang kita inginkan. Karena kita sedang menggunakan latar belakang hitam, maka kita akan tambahkan drop shadow terlebih dahulu. Dengan itu kita bisa menumpuk polaroids di atas satu sama lain. Untuk menambahkan drop shadow, dengan layer 4 yang masih aktif klik pada icon Layer Styles di bagian bawah palet Layers.


Pilih Drop Shadow dari daftar layer styles


Setelah tampil opsi Drop Shadow, saya mengatur Angle bayangan saya untuk sekitar 120 °, kemudian menurunkan nilai Opacity di bagian atas semua jalan ke bawah sekitar 30% sehingga bayangan saya tidak terlalu intens


Setelah itu klik OK.


Langkah 12

Untuk lebih menarik saya akan memutar Polaroid pertama saya. Dan untuk melakukan itu, saya membutuhkan layer 3 dan layer 4. Caranya klik layer 4 kemudian tekan shift pada keyboard, sambil ditahan klik layer 3.


Untuk mengaturnya tekan Ctrl+T pada keyboard…


Atur sesuai keinginan…
Setelah selesai tekan Enter pada keyboard.


Langkah 13

Setelah Polaroid pertama kita buat dan diputar ke tempatnya. Sekarang kita akan menggunakannya untuk membuat polaroids sebanyak yang kita inginkan. Sebelum kita bisa melakukan itu, kita perlu mengelompokkan semua tiga layer yang menyusun Polaroid, yang merupakan tiga besar layer di palet Layers. Layer 1 berisi gambar itu sendiri, Layer 3 mengandung bagian dalam dari Polaroid, dan Layer 4 mengandung di luar itu. Dan untuk mengelompok mereka, caranya adalah...
Kita sudah memiliki Layer 3 dan Layer 4 yang dipilih, maka sekali lagi tekan tombol Shift dan klik pada Layer 1 untuk menambahkannya, sehingga semua tiga layer yang dipilih dan disorot dengan warna biru:


Lalu dengan menggunakan keyboard tekan Ctrl + G….


Sekarang tiga layer menjadi satu group


Langkah 14

Kemudian duplicate group dengan mengklik create a new layer pada palet layer


Sekarang salinan dari Grup Layer muncul di atas yang asli



Langkah 15


Dan selanjutnya kita akan membuat Polaroid yang lainnya…
Sama seperti yang kita lakukan dengan yang pertama, kita akan bergerak dan memutar kedua Polaroid ini menggunakan Free Transform. Pertama, buka salinan yang baru dibuat (Layer Group 1 Copy) dengan mengklik segitiga di sebelah kiri ikon folder tersebut. Sama seperti sebelumnya, kita akan melihat semua tiga layer di dalamnya yang membentuk Polaroid. Kita perlu memilih dua layer, layer 3 dan layer 4. Lalu klik pada salah satu layer, kemudian dengan menekan Shift dan klik di sisi lain untuk memilih keduanya.


Lalu takan Ctrl + T pada keyboard, dan atur sesuai keinginan…


Setelah selesai, tekan Enter pada keyboard.


Langkah 16

Pada titik ini, kita hanya mengulang proses yang sama persis dengan langkah 14 sampai kita telah menambahkan polaroids cukup untuk mengungkapkan gambar yang asli.

Dan inilah hasil yang telah saya dapatkan


mudahkan...!!!

Minggu, 27 Februari 2011

Pungguk

Aku terjaga selalu diheningnya malam
Terpaku oleh kesunyian dan kerinduan
Dan ini adalah malam yang kesekian
Dari malam-malam yang ku lalui

Akulah si pungguk
Terbang menerobos pekat malam
Mencari ranting yang kokoh
Menghabiskan malamku bertengger disana
Bersenandung
Menyanyikan lagu-lagu rindu

Lagu ini begitu sederhana
Tapi aku sangat ingin melantunkanya
Sebagai pengobat keresahah hati
Pembendung rindu yang begitu membuncah

Dengan sabar aku menunggu
Pada kasetiaan malam yang ku lalui
Bersama lagu yang aku nyanyikan
Dengan ranting yang retak dan hampir patah
Menunggumu, wahai rambulan malam

Dan pada malam yang berbeda
Saat dimana purnama menjelang
Kaupun hadir berselimut kabut hitam
Memberikan noda pada kesetiaan
Memberikan kehancuran pada kuatnya kepercayaan
Hingga aku mengeluh pada kebodahan

Kadang semilir angin mencoba berbisik
Ia berkata “Untuk apa kau menunggu rembulan? Ia tak akan datang untukmu. Coba lihatlah esok hari, ada mentari yang akan datang. Ia membawa kehangatan. Sambutlah ia dengan hatimu yang dingin dan hampir beku ini.”
Tapi aku mengacuhkannya
Karena aku adalah seekor pungguk
Yang ditakdirkan hanya untuk merindukan sang rembulan




Sunday, February 27, 2011 02:40am

Kamis, 10 Februari 2011

Karena Dendam Pada Serigala


Di sebuah desa di kaki Gunung Slamet, hiduplah seorang petani yang sedarhana dengan cucunya. Setiap hari, seusai melaksanakan shalat subuh di surau, sang cucu memberi makan ayam-ayam itu. Terkadang, diantara ayamnya itu, ada yang bertelur. Telur itu disimpanya untuk dijual di pasar.
Pagi itu, seperti biasa, sang cucu pergi ke kandang ayam untuk memberi makan ayam-ayamnya. Namun, dia terkejut melihat kandang itu porak poranda. Tetesan darah tercecer di mana-mana.
Wah, pasti ada binatang buas yang memangsa mereka!” gumamnya.
Lalu, dia menghitung jumlah ayamnya. Tenyata, ayamnya hilang tiga ekor. Dia melaporkan kejadian itu kepada kakeknya. Sang kakek terkejut dan segera melihat-lihat keadaan kandang. Setelah itu, sang kakek mengajak cucunya untuk meneliti kebun di sekitar kandang.
Pada sebuah tanah yang basah, sang kakek menemukan jejak-jejak kaki binatang di sana. Dia langsung menelitinya.
“Ini jejak kaki serigala, Cucuku. Kita harus segera memperbaiki kandang dan lebih berhati-hati!” kata sang kakek.
Sang kakek lalu mengajaknya memotong bambu, untuk memperbaiki kandang. Sang cucu membantunya dengan penuh keikhlasan. Saat melihat kembali darah yang berceceran didalam kandang, dia menangis.
“Mengapa menangis Cucuku?” tanya sang kakek.
“Saya membayangkan betapa ketakutanya ayam-ayam itu tadi malam, Kek. Betapa sakitnya tiga ayam itu dibantai serigala. Mengapa ada binatang sejahat serigala, Kek?” tanya sang cucu sambil terisak-isak.
“Adanya serigala yang rakus dan kejam, itu menjadi ujian dari Tuhan untuk kita. Kita jangan mau diperdayai serigala dan harus menindak serigala itu,” jawab sang kakek.
“Kalau begitu, besok malam saya akan berjaga, saya akan membawa parang dan panah. Jika serigala itu mendekati kandang, akan saya bidik, Kek!”
Sang kakek tersenyum sambil mengelus-elus kepala cucunya.
Setelah selesai memperbaiki kandang, sang kakek berkata, “Cucu, kakek akan ke sawah, melihat padi kita yang sudah menguning. Mingu ini sudah bisa dipanen. Kau sebaiknya pergi ke pasar. Jual lima butir telur dan daun singkong itu. Tukarlah dengan bumbu dan lauk-pauk yang kau inginkan.”
“Baiklah, Kek!”
***
Menjelang maghrib, sang cucu sudah berada di surau. Tepat saat sang surya tenggelam diperaduanya, dia melantunkan azan. Suaranya merdu. Kumandang azan itu menggema sampai di puncak Gunung Arjuna. Alam ikut dalam takbir dan tasbih kepada Allah Azza wa Jalla.
Tidak lama, shalat maghrib berjamah pun ditegakkan. Lalu, surau berdinding papan itu riuh rendah oleh suara anak-anak yang sedang mengeja dan membaca al-Quran. Pak Kiai Wasiun yang membimbing mereka.
Menjelang isya, surau itu tenang. Anak-anak memerhatikan cerita Pak Kiai, tentang kemuliaan akhlak Baginda Nabi Muhammad saw.
Pak Kiai memulai ceritanya, ” Baginda Nabi sangat halus hatinya, sangat pengasih, dan penyayang. Bahkan, terhadap binatang pun, beliau sangat saying. Suatu ketika, dalam perjalanan perang bersama para sahabatnya, Baginda Nabi beristirahat. Diantara sahabat yang turut bersama beliau, ada yang menemukan sarang burung. Di dalam sarang itu ada dua ekor anak burung yang indah. Sementara induknya tidak ada di dalam sarang, seorang sahabat mengambil dua anak burung itu.
Tidak lama kemudian, induk burung itu datang. Melihat kedua anaknya tidak ada, ia sedih dan bercuap-cuap dengan sangat keras. Suara induk burung itu didengar oleh Baginda Nabi. Begitu melihatnya, beliau berkata kepada para sahabatnya, ‘Siapa yang mengambil anak burung ini? Ayo kembalikan! Jangan sisksa burung ini!’
Lalu, sahabat itu pun mengembalikan kedua anak burung itu.
Jadi begitulah, anak-anakku, Baginda Nabi sangat penuh kasih dan rahmat kepada siapa saja!” kata Pak Kiai.
“Kalau begitu, kita tidak boleh membunuh binatang, Pak Kiai? Tetapi, kok kita makan daging kambing pada hari raya? Apa nggak kasihan pada kambing itu?” tanya Aminah polos.
“Kita boleh membunuh binatang yang berbahaya, misalnya dan kalajengking. Cara membunuhnya pun harus baik, jangan dibakar. Pada dasarnya, seluruh alam ini diciptakan untuk keperluan hidup manusia. Maka, manusia harus mensyukuri dan menggunakan nikmat itu dengan baik. Baginda Nabi mengajarkan, kalau menyembelih kambing, atau binatang lain yang dibolehkan agama untuk dimakan, haarus menggunakan pisau yang sangat tajam, agar kambing itu tidak merasakan kesakitan. Jangan pula kita menyembelih kambing di depan kambing yang lain. Jadi, dalam menyembelih pun kita harus melakukanya dengan baik dan penuh belas kasih.”
Setelah itu, azan isya berkumandang. Anak-anak bersiap untuk melakukan shalat. Seteleh shalat isya, mereka pulang ke rumah masing-masing
***
Hari sudah larut malam, sang kakek telah tertidur karena kelelahan bekerja di sawah. Sementara itu, si cucu tetap berjaga di dapur. Dia membuka jendela dapur, lalu duduk di atas dipan sambil memasang anak panah pada busurnya. Pandanganya lurus ke arah pintu kandang ayam. Dia menunggu-nunggu serigala itu. Akan tetapi, yang ditunggu tidak juga muncul. Lama kelamaan, dia tetidur di dapur.
“Katnya jaga, kok tidur?” tanya kakek.
“Aku tertidur Kek, ngantuk sekali sih
“Ya sudahlah, tidak apa-apa. Ayo, cepat pergi ke masjid”
“Baik, Kek!”
Seperti biasa, setelah shalat subuh, dia pergi ke kandang. Dia terkejut karena kandang itu telah rusak kembali. Darah berceceran di sana-sini. Dia menghitung ayamnya, lagi-lagi hilang tiga. Dia sangat sedih dan menyesal, mengapa tadi malam dia tertidur? Lalu, dia melaporkan hal itu kepada kakeknya.
“Tak apa, Cucuku, kau sudah berbuat semampumu. Serigala ini sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Aku akan membuat perangkap untuk menangkapnya!”
Benat, ternyata sang kakek membuat perangkap. Sementara cucunya tetidur, sang kakek tetap bejaga dan tidak memejamkan mata walau sekejap. Hatinya diliputi rasa dendam pada serigala yang memangsa ayam-ayamnya.
Tengah malam, serigala itu datang. Begitu masuk ke dalam perangkapnyadia langsung berteriak, “Huh, sekarang kau tertangkap Maling Busuk!”
Pagi harinya dia memberitahukan kepada cucunya bahwa serigala itu telah tetangkap. Sang cucu gembira mendengarnya. Dia ingin memberi hukuman setimpal pada serigala itu. Dia berpikir, hukuman apa yang tepat untuk serigala itu?
Lalu, dia bertanya kepada kakeknya, “Kek, hukuman apa yang pantas untuknya? Hukuman yang cukup membuatnya jera, tetapi tidak menyakitinya?”
“Serigala yaa… tetap serigala, Cucuku. Kalau hanya dipukul, dia tidak akan jera. Tenanglah, nanti kau akan melihat, hukuman apa yang pantas untuknya dan membuatnya tidak akan kembali ke sini!” jawab kakek itu.
Menjelang siang, sang kakek mengikat semua kaki serigala itu.
“Mau diapakan, Kek?” tanya sang cucu.
“kau diamlah dan tenang. Lihat saja. Biar tahu rasa serigala kurang ajar ini!” jawab sang kakek.
Dia ingin membalas dendam atas kekurang-ajaran serigala ini yang telah memangsa enam ekor ayamnya.
Kakek itu lalu mengambil secarik kain. Kain itu dipilinya kuat-kuat. Lalu, dia ikatkan pada ekor serigala itu. Sang cucu melihatnya dengan keheranan. Setelah kain itu terikat kuat pada ekor serigala, sang kakek mengambil gas dan menyiramkan pada kain itu.
Sang cucu berteriak, “Ja… jangan, Kek!”
Akan tetapi, terlambat. Api telah menyala di ekor serigala itu. Spontan serigala itu melolong kepanasan.
“Rasakan penjahat!” kata kakek itu geram sambil melepas semua ikan kakinya.
Serigala itu lari terbirit-birit dengan ekor terbakar. Ia terus berlari dan tidak tahu cara memadamkan api yang telah membakar ekornya. Serigala itu berlari kesawah dan mencari lumpur atau air. Ternyata, sawah telah kering. Padi telah menguning. Tak ada air di sana. Serigala dengan ekor terbakar itu berlari ke sana ke mari di sawah.
Tidak lama kemudian, terlihat asap membumbung dari sawah.
“Ada kebakaran di sawah!” teriak seorang penduduk kampung.
Orang-orang berlarian ke arah datangnya asap. Di sana, sepetak sawah yang siap panen, telah terbakar. Api merambat dengan cepatnya. Kakek dan cucunya pun berlari ke arah asap itu. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sawahnya yang siap panen seminggu lagi, kini telah tebakar. Kakek itu menyesal. Dendam yang membara dalam hatinya, telah membakar segalanya.


Dikutip dari buku Ketika Cinta Berbuah Surga – Habiburrahman El Shirazy
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...