Aku terjaga selalu diheningnya malam
Terpaku oleh kesunyian dan kerinduan
Dan ini adalah malam yang kesekian
Dari malam-malam yang ku lalui
Akulah si pungguk
Terbang menerobos pekat malam
Mencari ranting yang kokoh
Menghabiskan malamku bertengger disana
Bersenandung
Menyanyikan lagu-lagu rindu
Lagu ini begitu sederhana
Tapi aku sangat ingin melantunkanya
Sebagai pengobat keresahah hati
Pembendung rindu yang begitu membuncah
Dengan sabar aku menunggu
Pada kasetiaan malam yang ku lalui
Bersama lagu yang aku nyanyikan
Dengan ranting yang retak dan hampir patah
Menunggumu, wahai rambulan malam
Dan pada malam yang berbeda
Saat dimana purnama menjelang
Kaupun hadir berselimut kabut hitam
Memberikan noda pada kesetiaan
Memberikan kehancuran pada kuatnya kepercayaan
Hingga aku mengeluh pada kebodahan
Kadang semilir angin mencoba berbisik
Ia berkata “Untuk apa kau menunggu rembulan? Ia tak akan datang untukmu. Coba lihatlah esok hari, ada mentari yang akan datang. Ia membawa kehangatan. Sambutlah ia dengan hatimu yang dingin dan hampir beku ini.”
Tapi aku mengacuhkannya
Karena aku adalah seekor pungguk
Yang ditakdirkan hanya untuk merindukan sang rembulan
Sunday, February 27, 2011 02:40am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar